Perkembanganagama Islam di daerah Cirebon tidak lepas dari peran para Kyai atau tokoh masyarakat yang ada di daerah Kabupaten Cirebon. Menurut asal-usulnya perkataan Kyai adalah gelar yang diberikan kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren danm engajar kitab-kitab klasik kepada santri-santrinya.
AHLI HIKMAH SEBAGAI MANUSIA PILIHANIdentifikasi Problema Pembentukan Karakter Character Building BangsaDisusun oleh AsmawatiMahasiswa Program Studi Teknologi Pembelajaran Peminatan Manajemen PendidikanProgram Pascasarjana UntirtaIstilah atau kata Hikmah bisa kita dapatkan dalam landasan idiil Pancasila, pada sila ke-empat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.” Adapun belajar ilmu hikmah di masyarakat Sunda disebut ngahikmah atau ngelmu hikmah, menurut kyai ahli hikmah tahap paling awal adalah mengkaji dan mengaji Al-Qur’an sebab inti dari sumber-sumber ilmu hikmah berasal dari Al-Qur’an. Seseorang diharuskan memahami ayat-ayat Al-Qur’an, mengkaji maknanya dan mengamalkan isinya. Kemudian harus menguasai ilmu aqidah atau ilmu tauhid sebagai fondasi keimanan agar tidak tergelincir kepada kemusyrikan, ilmu fiqih atau hukum syariat Islam sebagai fondasi ibadah yg benar, ilmu nahwu, sorof, dan tajwid agar tidak salah dalam membaca Al-Qur’an, ilmu tasawuf dan akhlakul karimah sebagai fondasi dalam berhubungan dengan sesama mahluk ciptaan tuhan dari golongan manusia, jin, atau malaikat. Ilmu-ilmu tersebut merupakan fondasi yang harus dimiliki oleh seorang ahli hikmah. Berbeda dengan seseorang yang belajar ilmu hikmah tetapi tidak disertai dengan belajar ilmu agama tauhid, fiqih, nahwu, tasawuf, dll. mereka disebut sesepuh, orang pintar, dukun, atau ditafsirkan dengan sifat yang apabila dimiliki oleh seseorang maka menjadi jelaslah apa yang terlintas didalam pengertiannya. Untuk memperoleh keberhasilan dalam mencapai sesuatu-pun memerlukan ilmu. Ketika seseorang ingin sukses tidak hanya di dunia tetapi juga sukses di akhirat itu ada ilmunya. Allah mengangkat orang-orang berilmu beberapa derajat dan memudahkan jalan bagi orang-orang berilmu masuk surga. Adapun ilmu hikmah atau ilmu batin memang tidak boleh disiar-siarkan kecuali kepada orang yang menginginkannya. Ilmu hikmah adalah ilmu yang dipelajari dengan menggunakan metode puasa/tarekat, memperbanyak dzikir, wirid, dan do’a-do’a pilihan khusus yang tidak bertentangan dengan akidah dan syari’at Islam, ditujukan untuk urusan duniawi dan pengamal ilmu hikmah yang istiqomah, biasanya akan dianugerahi beberapa kelebihan pada dirinya karomah. Allah memberikan kelebihan atau hal-hal yang luar biasa tersebut kepada orang-orang pilihannya. Hikmah ialah ilmu dalam ilmu. Hikmah disini artinya rasa dan penghayatan. Untuk mendapatkan ilmu, kita bisa belajar. Tetapi untuk mendapatkan hikmah, ilmu harus diamal. Kalau ilmu lahir itu dikendalikan oleh akal, maka hikmah adalah ilmu yang dikendalikan oleh ruh atau hati. Ilmu hikmah berkaitan dengan rahasia ilmu alquran yang dimanfaatkan oleh manusia. Kata Kunci ahli hikmah, tarekat, karomah, manusia pilihan Pengantar “Ahli hikmah”, itulah gelar atau panggilan yang lazim masyarakat memberikannya kepada seorang ustadz atau kiyai yang suka membuat zimat, wafaq, rajah dan memiliki ilmu kebatinan seperti bisa menangkap jin, atau bisa mengetahui sesuatu yang belum terjadi. Mereka meyakini ilmu “hikmah” ini adalah ilmu yang tidak bisa dipelajari, dan ilmu ini adalah pemberian khusus dari Allah subhanahu wata’ala yang diberikan hanya kepada orang-orang tertentu, mereka merujuk kepada firman Allah subhanahu wata’ala “Allah menganugerahkan Al Hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.” Al Baqoroh, 2 269 Kalau membaca dan menela’ah tafsirnya, kita akan menemukan makna sesungguhnya yang dimaksud dalam ayat itu sangat berbeda sekali dengan pemahaman sebagian besar masyarakat di Indonesia. Ibnu katsir dalam tafsirnya menyebutkan definisi dari kata al hikmah dalam ayat itu, diantaranya arti hikmah adalah takut kepada Allah, ada yang mengatakan al kitab dan kepahaman, ada juga yang mengatakan kepahaman terhadap agama Allah subhanahu wata’ala Tafsir Ibnu katsir I/700. Tetapi yang terjadi di masyarakat, pengertian al hikmah ini menjadi bias dan tidak ada batasannya. Contohnya ada seseorang yang mengaku telah memiliki ilmu tertentu seperti bisa memanggil raja jin, punya budak/khodam dari kalangan jin, bisa membuat zimat dan wafaq untuk kekebalan atau asihan/pelet, kemudian diyakininya bahwa itu adalah pemberian dari Allah subhanahu wata’ala sebagai ilmu hikmah, padahal dalam proses mendapatkannya ada unsur syirik, melecehkan al quran dan ritual-ritual yang bertentangan dengan syariat. Bagaimana mungkin itu adalah ilmu hikmah yang datang dari Allah subhanahu wata’ala. Orang yang mendapatkan hikmah dari Allah itu adalah sebuah hasil dari amalan yang istiqomah, yang didasari ilmu syari’at. Dan ia sangat kuat memegang sunah-sunah nabi shallallahu alaihi wassalam dalam memahami dan mengamalkannya dengan benar, tanpa dicampuri oleh perbuataan syirik dan bid’ah. Memang sangat disayangkan kerancuan dan salah kaprah mengenai pemahaman “ahli hikmah” sudah terjadi di sebagian masyarakat luas, samar bagi mereka untuk membedakan; mana yang benar-benar mendapatkan ilmu hikmah dari Allah subhanahu wata’ala dan ahli hikmah sempalan. Sehingga realitanya banyak dari masyarakat yang telah terkecoh bahkan tertipu oleh iklan dan penampilan orang-orang yang mengaku mendapatkan ilmu hikmah, mengakibatkan tidak sedikit orang yang terjerembab di kubang kesyirikan pendholiman kepada Allah subhanahu wata’ala. Di antara usaha penyebaran kesyirikan yang dilakukan oleh para “ahli hikmah sempalan” adalah membuat dan menyebarkan zimat, rajah dan wafaq untuk kekebalan, asihan, laris dagangan atau yang Allah subhanahu wata’ala benci dan tidak meridhoi perkara-perkara tersebut, hal ini ditegaskan dalam sabda utusan Nya إن الرقى والتمائم والتولة شرك “Sesungguhnya jampi, tamimah zimat/rajah, dan tiwalah itu adalah kesyirikan.” HR. Ahmad & Abu Dawud Pengertian Ahli Hikmah Ibnu Abbas ra. menafsirkan hikmah sebagai bentuk pengertian tentang alquran, baik secara lafadz maupun makna, bahkan secara mutlak ia memandang alquran sebagai hikmah seutuhnya Tafsir Ibnu Abbas, Surat Albaqarah269. Sedangkan Abu Aliyah Ibnu Katsir, Juz 1 QS 02269 lebih mengartikannya sebagai bentuk perasaan khosyyah/rasa takut seoarang hamba kepada Rabbya. Berbeda dengan keduanya, Imam Ghozali memandang hikmah sebagai ketepatan seseorang dalam berpandangan dan beramal atau berpendapat Al ishobah Fil Qaouli war ro’yi, wal fi’ly. Lebih lanjut Mujahid salah seorang ulama ahli tafsir menyatakan hikmah bukan saja meliputi tentang Alquran namun lebih mencakup setiap ilmu yang bersifat syara’, terlebih ilmu fiqih Ibnu Katsir, Juz 1 QS 02269, Syarah Tailimul Muta’alim, Hal 19.Dari beberapa tafsiran tersebut kita menemukan hakikat hikmah sebagai ilmu syara’ yang bersumber dari Alquran yang direfleksikan dalam perbuatan sebagai wujud rasa khosyyah/takut kepada Alloh. sehingga dari kesimpulan tersebut Imam Showi dalam tafsirnya lebih memilih menafsirkan hikmah sebagai ilmu dan amal atau dalam kata lain ilmu yang bermanfa’at “Ilminnafi” Nashoihul Ibad, Hal 4, Tafsir Showi QS. 0202.Dalam pandangan Syara’ Alloh dan Rasulnya Red- yang dimaksud dengan Ahli hikmah ialah orang yang mengetahui ilmu syara’ dan mengamalkan ilmunya atau dalam istilah yang lebih umum disebut orang yang shaleh, sholeh lahir dan bathinnya. diluar Syara’ tidak memberi keleluasaan kepada siapapun untuk diberi predikat AHLI HIKMAH bila ia tidak memiliki kriteria yang telah disebutkan. Sedangkan Imam al-Jurjani dalam kitabnya memberikan makna al-Hikmah secara bahasa artinya ilmu yang disertai amal perbuatan. Orang yang ahli ilmu Hikmah disebut al-Hakim, bentuk jamaknya plural adalah al-Hukama’. Yaitu orang yang mengamalkan ilmunya di jalan yang benar. Dan dalam kosa kata bahasa Indonesia, kata Hikmah mempunyai tiga arti. Pertama, hikmah diartikan kebijaksanaan dari Allah. Kedua, hikmah diartikan sebagai sakti atau kesaktian kekuatan ghaib. Ketiga hikmah diartikan sebagai manfaat dari sesuatu. Para ulama’ tafsir rahimahumullah juga mempunyai definisi masing masing tentang Ilmu Hikmah. Yang mana antar pendapat tersebut saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain. Imam Mujahid mengartikan al-Hikmah adalah “Benar dalam perkataan dan perbuatan”.lbnu Zaid memaknai Ilmu Hikmah adalah cendekia dalam memahami agama. Malik bin Anas mengartikan Ilmu Hikmah adalah pengetahuan dari pemahaman yang dalam terhadap agama Allah, lalu mengikuti ajarannya.”Ibnul Qasim mengatakan, Ilmu Hikmah adalah memahami ajaran agama Allah lalu mengikutinya dan mengamalkannya.” Imam Ibrahim an-Nakho’i mengartikan Ilmu Hikmah adalah memahami apa yang dikandung Al-Qur’an.” Dari berbagai definis Ilmu Hikmah yang disampaikan oleh ulama-ulama besar di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Ilmu Hikmah bukanlah sekedar bacaan dzikir yang dibaca rutin setiap hari. Ilmu Hikmah mencakup segala perbuatan kita, baik perbuatan kita kepada diri kita, kepada sesama, kepada alam dan bakti kita kepada Allah. Jelas sudah bahwa, orang yang mengamalkan Ilmu Hikmah hendaknya berusaha berperilaku bijaksana dalam segala hal. Dengan demikian Allah memberkahi segala amal perbuatan kita. Amalan Ahli Hikmah Berdasarkan beberapa nukilan ilmu Hikmah, Imam al-Būnī dalam kitabnya, menerangkan “Untuk bisa mencapai ilmu supranatural secara benar dan bisa dibuktikan akan hasilnya seorang ritualis harus bisa memahami segala isi ilmu yang terkandung di dalamnya baik berupa tata cara puasa, berzikir dan pendalamannya”. bagi orang yang percaya tentang amalan ilmu hikmah silahkan pelajari tapi niat hanya karena Allah semata dan bagi orang yang tidak percaya tentang ilmu hikmah jangan mempelajarinya karena akan membawa mudorot nantinya. diantara pendalaman ilmu supranatural yang harus diketahui adalah sebagai berikut 1. Mudawamah Al-Zikr Istiqomah dalam Berzikir Dalam pembedaran ini seorang ritualis dituntut untuk selalu menjaga wiridannya secara istiqomah di setiap malam harinya. Sebab untuk bisa merasakan manfaat ilmu yang sedang dijalaninya, seorang ritualis harus bisa memilah peraturan apa yang harus dipilih dalam hal berzikir. Inilah tingkatan zikir menurut hukum para Ahli Hikmah Zikir Umum maksimal 2 jam dalam satu dudukan. Tahapan ini membutuhkan waktu 4 tahun untuk bisa merasakan manfaatnya ilmuZikir Khusus maksimal 5 jam dalam satu dudukan. Tahapan ini membutuhkan waktu 2, 5 tahun untuk bisa merasakan manfaatnya Khususul Khusus maksimal 7 atau 9 jam dalam satu dudukan. Tahapan ini membutuhkan waktu 41 hari untuk bisa merasakan manfaatnya ilmu. 2. Tarkunnafsi Meninggalkan Adat Kebiasaan Mengulas arti tarkunnafsi menurut Imam Al-Buuni adalah “Merubah segala kebiasaan hidup kita dengan jalan meniru kebiasaan para Ahlillah dengan kata lain mengendalikan nafsu badan lewat berbagai aktifitas tirakat seperti menahan lapar dengan cara berpuasa dan memakan makanan yang halal, menjauhi tidur/sedikit tidur, menahan mulut dari banyaknya bicara yang kurang bermanfaat di ganti dengan banyak berdzikir dan lain sebagainya”. meninggalkan adat kebiasaan merupakan jalan pembuka khawariqul adat pintu kekeramatan. 3. Sidq al-Qalbi Kejujuran Hati atau Akhlakul Karimah Sebagai seorang supranaturalis ilmu Al-Hikmah, kejujuran dan kebersihan hati adalah kunci utama dalam hal penataan ilmu yang sedang dijalaninya. Mereka harus menjaga rasa dan pikirannya dari sifat berandai-andai, pikiran jorok/negatif, ingin jadi orang sakti, ingin di puji, supaya terkenal, sombong, was-was, sakit hati, dendam, suka menghina, suka menghujat, suka mencemooh, buruk sangka, mengadu domba, suka menuduh tanpa bukti yg jelas, iri dengki, dzalim, dan lain-lain. Sebab bagaimana pun kuatnya batin seorang supranaturalis, apabila sifat tadi telah bersarang dan tidak secepatnya dibuang, maka lambat laun ilmu yang sudah menyatu dengan tubuhnya akan sirna dengan sendirinya, malah bisa menimbulkan gangguan kejiwaan. Seperti halnya di zaman sekarang, ilmu supranatural banyak dicari kerana berbagai faktor dan tujuan. Namun untuk memperdalam ilmu ini belum tentu semua berhasil meraihnya. Bagi seorang yang ingin memperdalam ilmu Al-Hikmah, maka kesabaran dan kedisplinan serta kesucian harus selalu terjaga. selain itu banyaknya kegagalan biasanya dari faktor setengah-setengah dalam menjalani suatu yang menjadi penyebab kegagalan lainnya adalah kerana kurangnya bimbingan dari guru yang mumpuni atau belajar tanpa guru. Pengertian Pendidikan Karakter Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pendidikan karakter, diantaranya 1 Lickona yang mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis. Pendidikan karakter menerut Lickona mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan knowing the good, mencintai kebaikan desiring the good, dan melakukan kebaikan doing the good. 2 menurut Albertus Pendidikan Karakter adalah diberikannya tempat bagi kebebasan individu dalam mennghayati nilai-nilai yang dianggap sebagai baik, luhur, dan layak diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan pribadi berhadapan dengan dirinya, sesama, dan Tuhan. 3 Menurut Khan pendidikan karakter adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya dan upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik. 4 menurut Suyanto pendidikan karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara. 5 menurut Kertajaya pendidikan Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon beberapa definisi dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalahupaya sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang pendidik untuk menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada seseorang yang lain peserta didik sebagai pencerahan agar peserta didik mengetahui, berfikir dan bertindak secara bermoral dalam menghadapi setiap situasi. Munfasir, Padarincang, Serang, Banten *Akhlaq seorang kyai yang takut memakai uang yg belum jelas *Kyai Laduni yang pantang meminta kepada makhluk Pesantren beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit Padarincang. Dulunya beliau seorang dosen IAIN di Kota Cirebon. Saat mendapatkan hidayah beliau hijrah kembali ke Padarincang, beliau menjual seluruh harta bendanya untuk dibelikan sebidang sawah & membangun sepetak gubuk ijuk, dan sisa selebihnya beliau sumbangkan. Beliau pernah bercerita disaat krisis moneter, dimana keadaan sangatlah paceklik. Sampai sampai pada saat itu, untuk makan satu biji telor saja harus dibagi tujuh. Pernah tiba-tiba datanglah seseorang meminta doa padanya. Saat itu beliau merasa tidak pantas mendoakan orang tersebut. Tapi orang tersebut tetap memaksa beliau yang pada akhirnya beliaupun mendoakan Alfatihah kepada orang tersebut. Saat berkehendak untuk pamit pulang, orang tersebut memberikan sebuah amplop yang berisi segepok uang. Sebulan kemudian orang tersebut kembali datang untuk meminta doa kembali dan menyerahkan amplop tebal seperti saat kemarin. Tapi langsung ditolak bapak sebutan yang disukai Abuya Munfasir karena beliau merasa bukan ulama. Bapak bilang, nanti dulu uang kemarin saja sampai saat ini bapak belum berani pakai, itu uang apa? darimana? shadaqoh kok sebanyak itu? kalo dari gaji bisa habis dong gajinya?!. Soalnya uang tersebut berjumlah 2,5 juta saat kejadian ini awal th. 90. Ketika bapak menayakan pertanyan demikian, lalu orang tersebut menjawab bahwa dia mengerti hukum shadaqoh yaitu 2 1/2%, jadi uang tersebut adalah 2 1/2% dari gajinya. Setelah diselidiki ternyata orang tersebut adalah direktur utama sebuah perusahaan multi nasional. Dan sampai saat ini orang tersebut selalu rutin meminta doa dan memberi uang shadaqoh setiap bulan, sampai sampai tidak pernah absen. Abuya Munfasir hanya menerima santri laki laki yang jumlahnya maksimal 40 orang saja, akan tetapi belum pernah santrinya mencapai angka 40 orang. Abuya menerapkan beberapa syarat untuk dapat mondok dan menuntut ilmu ditempatnya, salah satunya dengan tidak diperbolehkannya membawa apapun. Hanya baju yang melekat dibadan saja yang diperbolehkan untuk di bawa ke pondok beliau. Selain itu, abuya juga memberikan syarat untuk siapa saja yang ingin menuntut ilmu dengan beliau, diharuskan untuk di tes agar sanggup berpuasa selama 40 hari sambil berbuka dan sahur hanya dengan tiga teguk air tidak lebih. Setelah melewati taraf pengetesan ini, abuya mengharuskan santri untuk berpuasa dengan umbi-umbian yang tidak dipebolehkan untuk dimasak/terkena api, pada taraf ini santri harus mengiringi puasanya dengan membaca Al-Qur’an 10 juz semua sudah dilewati, sampailah kita pada syarat yang bisa di bilang syarat tertinggi yang diberikan oleh Abuya, yaitu harus puasa mutih berpuasa dengan hanya nasi putih dan garam. Dan berpuasa dari segala omongan berdiam diri. Jadi jangan heran, ketika berkunjung ketempat beliau akan menemukan santri santri beliau yang tidak mengeluarkan sepatah kata sedikitpun. Syarat syarat yang di berikan beliau memang terlihat sangat berat, tapi beliau punya manhaj sendiri untuk menjadikan santri santrinya memiliki hati yang bersih, salah satunya melalui jalan tasawwuf. Perbedaan Antara Karâmah & Sihir Di Mata Para Ulama Saat ini, tak sedikit umat Islam yang terkelabui fenomena kejadian-kejadian luar biasa yang banyak dipertontonkan para pemiliknya dan diklaim sebagai suatu kelebihan karâmah’yang bisa dipelajari. Misalnya ilmu kekebalan, membuka aura, susuk, pelet, pengasihan jodoh atau rizki, ilmu terawang, transfer karâmah, dan lain sebagainya. Rasulullah SAW bersabda عَنْ النَّبِيِّ r قَالَ إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنْ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللهِ r{ فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ “Jika kalian melihat Allâh memberikan dunia kepada seorang hamba pelaku maksiat dengan sesuatu yang ia sukai, maka sesungguhnya itu hanyalah merupakan istidraj.” Kemudian Rasûlullâh r membacakan ayat Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang Telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang Telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa[7].” HR. Ahmad Imam al-Mazari رحمه الله berkata, “Perbedaan antara sihir, karâmah dan mukjizat adalah bahwa sihir berlangsung melalui proses beberapa bantuan sejumlah bacaan dan perbuatan ritual khusus sehingga terwujud apa yang menjadi keinginan tukang sihir. Sedangkan karâmah tidak membutuhkan hal tersebut, tetapi biasanya karâmah ini muncul berkat taufik dari Allah. Adapun mukjizat, ia mengandung kelebihan atas karâmah, yaitu adanya tantangan terhadap musuh Allah.” Al-Hafizh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani رحمه الله berujar, “Imam al-Haramain menukil ijma’ yang menyatakan bahwa sihir itu tidak muncul kecuali dari orang fasik, sedangkan karâmah tidak akan muncul pada orang fasik.” Beliau merinci, “Perlu juga diperhatikan keadaan orang yang mengalami kejadian luar biasa seperti itu, jika dia berpegang teguh pada syari’at dan menjauhi dosa-dosa besar, maka berbagai kejadian luar biasa yang tampak pada dirinya merupakan karâmah, dan jika dia tidak berpegang teguh pada syari’at serta melakukan perbuatan dosa besar, maka hal tersebut merupakan sihir karena sihir muncul dari salah satu jenisnya, misalnya memberi bantuan kepada syaithân. Fatwa Imam Ibnu Hajar al-Haitsami رحمه الله, “Ditanyakan kepada beliau نفع الله به, apa yang dilakukan oleh kumpulan orang yang duduk melingkar di tepi-tepi jalan, dengan atraksi-atraksi aneh, seperti memenggal kepala manusia kemudian dikembalikan seperti semula dan dipanggilnya potongan kepala tersebut sebelum dikembalikan pada keadaan semula, dan potongan kepala itu pun menyahutinya, debu di ubah wujudnya menjadi dirham dan berbagai atraksi lainnya yang sudah begitu populer di kalangan mereka, apakah semua ini termasuk sihir? Begitu juga mengenai hukum menulis mahabbah atau pelet dan juga hukum mengeluarkan jin degnan ruqyah atau amalan batil? Beliau menjawab bahwa mereka itu tergolong tukang sihir dan seandainya bukan tergolong tukang sihir, perbuatan seperti itu sudah tentu tidak boleh dilakukan. Dan siapapun tidak boleh menonton pertunjukkan semacam ini. Karena akan memberikan dorongan kepada mereka untuk terus menerus melakukan kemaksiatan dan perbuatan jahat yang sangat tercela. Mereka itu jelas-jelas membuat kerusakan dan kerusakan itu benar-benar kita rasakan. Oleh karena itu, wajib hukumnya bagi setiap orang yang mampu untuk mencegah perbuatan yang mereka lakukan. Dan juga melarang masyarakat untuk menontonnya. Syaikh Abdullah رحمه الله dalam al-Madzâhib al-Arba’ah, “Ketika kamu sudah mengetahui pengertian sihir seperti di atas, maka atraksi-atraksi yang dilakukan dengan menusuk badan memakai pisau, membawa api atau memakannya, yang mana ilmu kekebalan tersebut konon katanya berasal dari para wali seperti Sayyid Ahmad Rifa’i atau Ahmad Ibnu Alwan, untuk menghukuminya perlu diperinci, jika pelakunya disiplin syari’at serta ta’at menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya dan mendapatkannya tidak melalui usaha-usaha atau belajar, maka kejadian tersebut jelas-jelas termasuk karâmah. Dan jika tidak memenuhi syarat-syarat di atas maka kejadian tersebut termasuk sihir yang diharamkan, karena menurut ijma’ ulama, karâmah tak mungkin timbul dari orang fasiq dan tak bisa diperoleh dengan cara belajar atau melalui usaha-usaha. Dan sesungguhnya kejadian luar biasa yang timbul dari orang fasiq termasuk sihir. Syaikh Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad رحمه الله menjelaskan, و كل من لم يبالغ فى التمسك بالكتاب و السنة و لم يبذل و سعه فى متابعة الرسول وهو مع ذلك يدعى ان له مكانة من الله تعالى فلا تلتفت اليه ولا تعرج عليه وان طار فى الهواء ومشى على الماء وطويت له المسافات وخرقت له العادات فان ذلك يقع كثيرا للشياطين والسحرة والكهان والعرافين والمنجمين وغيرهم من الضلال “Barangsiapa tak bersungguh-sungguh berpegang dengan al-Qur’ân dan al-Sunnah, juga tak mengerahkan kemampuan untuk mengetahui jejak Rasul kemudian ia mengaku mempunyai derajat tinggi di hadapan Allâh I, maka jangan sampai engkau berpaling kepadanya dan mengikutinya meskipun dia bisa terbang, berjalan di atas air, bisa meringkas jarak perjalanan atau mempunyai keanehan-keanehan lain. Karena peristiwa-peristiwa semacam ini bisa dilakukan syaithân-syaithân, para tukang sihir dukun, para tukang ramal, orang-orang yang mengetahui keadaan samar al-arrâfîn dan para ahli perbintangan al-Munajjimîn. Mereka semua ini termasuk orang-orang sesat.” Syaikh Wahid Abd al-Salam Bâli رحمه الله memperingatkan, “Bisa jadi seseorang itu bukan tukang sihir sama sekali dan dia pun tak berpegang pada syari’at, bahkan justru senang melakukan perbuatan dosa besar, meski demikian, pada dirinya tampak beberapa kejadian luar biasa dan tidak jarang hal itu terjadi pada ahli bid’ah atau orang yang suka menyembah kuburan. Maka mengenai hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa hal itu merupakan bantuan syaithân sehingga jalan bid’ah yang ditempuhnya dibuat indah sedemikian rupa sehingga tampak indah bagi orang lain, lalu mereka mengikutinya dan meninggalkan sunnah. Hal seperti itu banyak terjadi dan sudah sangat populer, khususnya jika orang itu seorang pemimpin salah satu thariqat shufi yang diwarnai perbuatan bid’ah.” Bassam Salamah menegaskan, “Batasan tersebut banyak disyaratkan para ulama, sebab kebanyakan syaikh-syaikh kaum sufi mengaku bisa mengetahui hal-hal gaib, karena mereka mengaku wali dan memiliki karâmah, padahal dalam kehidupan sebenarnya mereka sendiri jauh dari tuntunan agama.” Syariat, Thoriqot, Hakekat, Makrifat Syariat. Syari’at secara bahasa adalah syara’ a-yasrou, sedangkan menurut syara’ adalah memberikan jalan kepada mereka atau menjelaskan jalan-jalannya, jadi Syari’at adalah aturan-aturan atau undang-undang sesuatu yang telah dibuat undang-undang oleh Allah buat hamba-Nya, baik berupa peraturan atau hukum. Dengan kata lain syari’at bisa diartikan peraturan-peraturan yang mencakup, termasuk didalamnya soal-soal wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah. Jadi hukum syara’ adalah berhubungan dengan perintah-perintah dan larangan-larangan agama. Termasuk dalam syari’at adalah segala amalan-amalan dhohir lahir seperti sembahyang, puasa, zakat, haji, jihad fi sabilillah, juga hukum-hukum dalam bidang ekonomi, social, politik, dan lain-lain. Syeh Zaenuddin bin Ali dalam kitabnya “Hidayatul Adzkiya’ ila Thoriiqil Auliya’ ” telah bersyair فشريعة احذ بدين الخا لق وقيامه بالامر والنهي انجلى Syari’at ini bagi kaum mutashowwifin tidak bisa ditinggalkan. Syari’at adalah salah satu unsur yang harus dilaksanakan bahkan merupakan hal yamg pokok bagi yang lain. Antara syari’at dengan haqiqat adalah dua hal yang tidak bisa dipisah-pisahkan bagi orang yang hidup bertasawwuf, satu sama lain saling berpautan;karena itulah kaum mutashowwifin berkata ان الحقيقة بلا شريعة باطلة والشذيعة بلا حقيقة عاطلة “Sesungguhnya haqiqat tanpa syari’at adalah batal dan syari’at tanpa haqiqat adalah tak berarti” Berdasarkan uraian tersebut maka bisa diambil ketetapan sebagai berikut Syari’at adalah salah satu unsur yang harus dilaksanakan dalam hidup dan haqiqat adalah saling berhubungan erat dan saling isi siapa yang meninggalkan syari’at dalam bertasawuf dengan alasan apa saja, maka bukan saja setidak shalihan, tetapi malah adalah kekafiran. Permadi, 1997 50Tarekat Tarekat berasal dari kata At-Tariq jalan menuju kepada hakikat, atau dengan kata lain pengalaman syari’at, yang disebut “Al-Jara” atau “Al-Amal”, sehingga Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan الطريقة هي العمل بالشريعة والاخذ بعزا ئمها والبعد عن التسا هل فيما لا ينبغى التسا هل فيه Artinya “Toreqat adalah pengalaman syari’at, melaksanaka beban ibadah dengan tekun dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah ibadah, yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.” الطريقة هي اجتناب المنهيات ظا هرا وباطنا وامتثال الاوامرالالهية بقد رالطاقة Artinya “Toreqat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan dan perintah yang nyata maupun yang tidak batil.” Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan Tasawuf di beberapa Negara Islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah Tarikat mempunyai dua macam pengertian. Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan Tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut “Al-Maqamat” dan “Al-Ahwal”. Pengertian yang seperti ini, menonjol sekitar abad ke-IX dan ke-X Masehi. Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut aturan yang telah dibuat oleh seseorang Syekh yang menganut suatu aliran Tarekat yang mengajarkan Ilmu Tasawuf menurut aliran Tarikat yang dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya. Pengertian yang seperti ini, menonjol sesudah abad ke-IX Masehi. Dari pengertian dan definisi diatas, maka Tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi; yaitu amaliyah dan perkumpulan organisasi. Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan kerohanian; baik yang dilakukan oleh seseorang, maupun secara bersama-sama, dengan melalui aturan-aturan tertentu untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut “Al-Maqamat” dan “Al-Ahwal”. Adapun tingkatan maqam menurut Abu Nashr As-Sarraj dapat disebutkan sebagai berikut Tingkatan Taubat At-TaubahTingkatan pemeliharaan diri dari perbuatan yang haram dan yang makruh, serta yang subhat Al-WaraTingkatan meninggalkan kesenangan dunia Az-ZuhduTingkatan memfakirkan diri Al-FaqruTingkatan sabar As-SabruTingkatan Tawakkal At-TawakkulTingkatan kerelaan Ar-RidaHaqiqat Haqiqat adalah keadaan salik sampai pada tujuan yaitu ma’rifatullah dan musyhadati nurit tajalli melihat nur yang nyata. Imam Ghazali menerangkan, bahwa tajalli itu ialah terbukanya nur cahaya yang gaib bagi hati seseorang. Sangat mungkin bahwa yang dimaksudkan dengan tajalli disini ialah yang mutajalli, yaitu Allah SWT. Lain dari pada itu, sebagian ulama tasawuf mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan hakikat adalah segala macam penjelasan mengenai kebenaran sesuatu seperti syuhud asma’ dan shiffaat demikian juga syuhud zat dan memahami rahasia-rahasia Al-Qur’an dan rahasia-rahasia yang terkandung dalam cegahan dan kebolehan. Disamping itu juga memahami ilmu-ilmu ghaib yang tidak diperoleh dari seorang guru. Pembagian Haqiqat Prof. Abu Bakar Aceh mengatakan bahwa hakikat ada 3 yaitu Haqiqat Tasawuf. Haqiqat tasawwuf ini diutamakan untuk membicarakan usaha-usaha memutuskan syahwat dan meninggalkan dunia dengan segala keindahannya serta menarik diri dari kebiasaan-kebiasaan duniawi. Haqiqat Ma’rifat yaitu mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya dengan bersungguh-sungguh dalam segala pekerjaan dan ahwalnya Haqiqatul Haqoiq. Disebut juga dengan nama hadratul jama’ atau hadratul wujud. Haqiqat ini merupakan puncak segala haqiqat. Ia termsuk martabat ahadiyah, penghimpun dari semua haqiqat Permadi, 1997 54. Beberapa Kalimat yang Termasuk dalam lingkungan haqiqat Ikhlas, yaitu yang suci murni. Ibarat emas tulen, tidak tercampur dengan logam artinya memperhitungkan keadaan diri sendiri, supaya mendapatkan kelayakan menjadi murid penuntut. Dihitung apa kelalaian, apa kekurangan. Sehingga dengan demikian bertambah naiklah diri itu dari satu tingkat ke lain tingkat yang lebih tinggi. Menempuh tingkat itu disebut artinya melepaskan segala ikatan apa pun juga yang akan merintangi diri dalam menuju jalan itu. Misalnya kemegahan, hawa nafsu dunia, pangkat, dan kedudukan.Isyq, Artinya rindu. Maka mahluk didunia Asyiq. Dan Khaliq dinamainya Ma’syuq. Hubb, artinya rasa cinta dan rindulah yang mendorong manusia melangkah dan menarik, laksana laksana tarikan besi-berani, supaya lebih dekat diantara Asyiq dengan Ma’syuqnya, Dan dengan Hubb atau isyq itulah seluruh alam ini dijadikan dan diciptakan Hamka, 1986 111. Ma’rifat Ma’rifah berasal dari kata “Al-Ma’rifah”, yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan pengalaman Tasawuf, maka istilah ma’rifah disini berarti mengenal Allah ketika sufi mencapai suatu maqam dalam tasawuf. Kemudian istilah ini dirumuskan definisinya oleh beberapa Ulama Tasawuf, antara lain Dr. Mustafa Zahri mengemukakan salah satu pendapat Ulama Tasawuf yang mengatakan المعرفة جزم القلب بوجودالواجب الموجود متصفا بسائرالكلمات Artinya “Ma’rifah artinya ketetapan hati dalam mempercayai hadirnya wujud yang adanya Allah yang menggambarkan segala kesempurnaannya.” Asy-Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-kadiriy mengemukakan pendapat Abuth thayyib As-Samiriy yang mengatakan المعرفة طلوع الحق, وهو القلب بمواصلة الانوار Artinya “Ma’rifah adalah hadirnya kebenaran Allah pada Sufi dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan Nur Ilahi.” Imam Al-Qusyairy mengemukakn pendapat Abdur Rahman bin Muhammad bin Abdillah yang mengatakan المعرفة يوجب السكينة فى القلب كما ان العلم يوجب السكون, فمن ازدادت معرفته ازدادت سكينته Artinya “Ma’rifah membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan dalam akal pikiran. Barang siapa yang meningkat ma’rifatnya, maka meningkat pula ketenangan hatinya.” Mustafa, 1997 251 Ma’rifat adalah tingkat penyerahan diri kepada Allah secara tingkat demi setingkat sehingga sampai kepada tingkat keyakinan yang kuat. Orang yang memiliki ilmu Ma’rifat dianggap sebagai orang yang “arif”, karena ia bisa memikirkan dalam-dalam tentang segala macam liku-liku kehidupan di dunia ini, oleh karena itu jika kita bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu ma’rifat, maka akan meraih suatu karomah. Karomah adalah keistimewaan yang tidak dimiliki orang awam. Bentuk karomah tersebut adalah mata hati kita menjadi awas dan indra ke enam kita jadi tajam. Kita akan dapat mengetahui sesuatu yang tersembunyi dibalik peristiwa, orang yang mata hatinya dan indra ke enamnya tajam, maka ia dapat masuk ke dalam hal-hal yang dianggap gaib tersembunyi. Orang yang arif memiliki ilmu ma’rifat, suka memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah dengan mata kepalanya, kemudian ia merenungkan dengan mata hatinya. Orang ma’rifat jika melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu menggunakan nuraninya dari pada hawa nafsu yang mempengaruhi dirinya atau nuraninya yang berkata. Oleh karena itu, orang yang sudah menduduki tingkat ini, selalu tajam indra keenammya. http. Cinta Ma’rifat Dalam bukunya Mustafa dikatakan bahwa Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada tingkatan ma’rifah. Karena itu sufi yang sudah mendapatkan tingkatan ma’rifah, memiliki tanda-tanda tertentu. Adapunnya yaitu Selalu memancar cahaya ma’rifah padanya dalam segala sikap dan perilakunya, karena itu sikap wara’ selaluada pada menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-hal yangnyata menurut ajaran tasawuf belum tentu menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu bisa membawanya kepadaperbuatan yang sinilah kita dapat melihat bahwa seorang Sufi tidak membutuhkan kehidupan yang mewah, kecuali tingkat kehidupan yang hanya sekedar dapat menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT. Jalan Ma’rifat Kaum Sufi untuk mendapatkan suatu ma’rifat melalui jalan yang ditempuh dengan mempergunakan suatu alat diantaranya Sir السرMenurut Al-Qusyairi ada tiga yaitu Qalb القلب fungsinya untuk dapat mengetahui sifat TuhanRuh الروح fungsinya untuk dapat mencintai TuhanKedudukan Sir lebih dari ruh dan qalb. Dan ruh lebih halus dari qalb. Qalb di samping sebagai alat untuk merasa juga sebagai alat untuk berpikir. Bedanya qalb dengan aql ialah kalau aql tidak dapat menerima pengetahuan tentang hakikat Tuhan, tetapi qolb dapat mengetahui hakikat dari segala yang ada dan manakala dilimpahi suatu cahaya dari Tuhan, bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Posisi sir السر bertempat di dalam ruh. Dan ruh الروح sendiri berada di dalam qalb. Sir akan dapat menerima pantulan cahaya dari Allah apabila qalb dan ruh benar-benar suci, kosong dan tidak berisi suatu apapun. Pada suasana yang demikian, Tuhan akan menurunkan cahaya-Nya kepada mereka Sufi Mustafa, 1997 251. Tokoh Ma’rifah Salah satu tokoh dalam Ma’rifah yaitu Al-Ghazali. Al-Ghazali mengakhiri masa petualangannya, karena telah mendapat “pegangan” yang sekuat-kuatnya untuk kembali berjuang dan bekerja di tengah masyarakat. Pegangan itu adalah “Paham Sufi” yang diperolehnya berkat ilham Tuhan di tanah suci Mekkah dan mendapat ilham yang benar di bawah lindungan Ka’bah maka terbukalah pikirannya untuk berkumpul dengan segenap keluarganya. dan timbullah pikiran yang normal untuk kembali hidup di tengah masyarakat. Hatinya sudah bulat untuk pulang. Tetapi sebagai orang besar, tidaklah mungkin dia pulang dengan tidak ada panggilan resmi dari pihak pemerintah. Kebetulan datanglah panggilan yang ditunggu-tunggunya itu. Perdana Mentri Fakhrul Mulk, putra dari Nizam ul Mulk almarhum, telah memintanya supaya segera pulang ke Niesabur untuk memimpin Universitas Nizamiyah yang ditinggalkannya. Al Ghazali memangku jabatan presiden Universitas, dan memberikan kuliah dengan gembira sekali. Kesaksian baru yang dibawanya bahwa paham sufi adalah prinsip yang sejati dan paling baik. Disebarkannya kepada segenap Al-Ghazali, Ma’rifat adalah mengetahui rahasia Allah dan mengetahui peraturan-peraturan Tuhan tentang segala yang ada. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa orang yang mempunyai ma’rifah tentang Tuhan yaitu A’rif tidak akan mengatakan “Ya Allah” atau “Ya Rabbi”. Karena memanggil Tuhan dengan kata-kata seperti itu menyatakan, bahwa Tuhan ada di belakang tabir, Ma’rifah menurut Al-Ghazali juga memandang kepada wajah Allah Ma’rifah dan mahabbah menurut Al-Ghazali adalah tingkatan tinggi bagi seorang sufi. Dan pengetahuan ma’rifah lebih baik kualitasnya dari pengetahuan akal. Mustafa, 1997 256 Tafakur dan Dzikir Tafakur merupakan bentuk kata benda verbal yang berasal dari kata kerja tafakkara yang artinya mempertimbangkan atau memikirkan. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sebuah perenungan atau meditasi, seharusnya ia tidak dikacaukan dengan arti zikir yang berarti mengingat. Zikr Allah atau mengingat kepada Allah, dengan cara menyebut Allah. Al-Qur’an sering menyebut dzikir sebagai amal ibadah “Fazkuruni azkurukum” yang artinya “Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu.” Al-Baqarah, 2 152. Jadi, bedanya tafakur dengan dzikir adalah pada tafakur kita merenungkan terhadap sesuatu, artinya ada proses berfikir, analisis dan introspeksi. Pada tafakur hanya berkaitan dengan nama-nama Allah saja bukan dzat. Sementara dzikir maknanya hanya mengingat Jawa Eling. Di dalam metodenya tafakur berbeda dengan ta’allum 2. Ta’allum berlangsung secara ekstrim melalui belajar secara lahiriah, sedangkan tafakur berlangsung secara intern dengan proses pembelajaran dari dalam diri manusia melalui aktivitas berfikir yang menggunakan perangkat batiniah atau jiwa manusia. Mudah-mudahan melalui kedua nash berikut bisa dipahami perbedaannya “Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala yang diciptakan Allah?.. ” Al A’raf, 7 185 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi…” Ali Imran [3] 190-191 Dari nash ke dua dapat dipahami bahwa kesempurnaan akal tidak akan tercapai kecuali dengan pertemuan dzikir dan pikir manusia. Apabila kita telah mengetahui bahwa kesempurnaan hati merupakan kesempurnaan manusia, maka kita mengetahui pula bahwa kedudukan pikir dan dzikir dalam penyucian jiwa. Oleh karena itu para salik yang menuju Allah senantiasa berusaha dengan keras agar dzikir dan pikir terhimpun dalam diri penempuh jalan spiritual sejak awal perjalanannya. Contohnya, memikirkan segala sesuatu seraya bertasbih. Cobalah praktekkan dengan merenungkan sesuatu ciptaan-Nya seraya bertasbih, tahmid dan takbir, menurut Al Ghazali dalam Ihya’ 3 niscaya ia akan menyaksikan dampak hal ini secara langsung di dalam hatinya, sehingga mengetahui pengaruh tafakur terhadap hati dan jiwa. Kesimpulan Ahli hikmahialah orang yang mengetahui ilmu syara’ dan mengamalkan ilmunya atau dalam istilah yang lebih umum disebut orang yang shaleh, sholeh lahir dan bathinnya. diluar Syara’ tidak memberi keleluasaan kepada siapapun untuk diberi predikat Ahli Hikmah bila ia tidak memiliki kriteria yang telah disebutkan. Adapun Ilmu Hikmah adalah ilmu yang disertai amal perbuatan nyata sehingga kita menjadi manusia yang bijaksana dalam bertindak, lebih dekat dengan Allah dan mendapatkan keberkahan dalam usaha mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan belajar ilmu hikmah bukanlah untuk menjadi sakti atau menjadi hebat, tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah sehingga Allah memberikan kemudahan kepada kita. Ilmu hikmah bukanlah ilmu sihir yang melibatkan bantuan jin atau syetan. Sehingga bisa dipamerkan di tempat-tempat keramaian, dijadikan sebagai bahan pertunjukan, dipelajari dalam waktu sekejap, dimiliki dengan ritual-ritual khusus, atau diperjual-belikan dengan harga tertentu. Ilmu Hikmah adalah ilmu spiritual islam yang membimbing kita mengenal ajaran-ajaran Allah dan sunnah Rasul-Nya, sehingga kita bisa mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang. Dengan ilmu hikmah seperti itulah, kita akan menjadi orang yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Itulah sejatinya ilmu Hikmah. Daftar Pustaka
HumasSetda - Selesai melakukan monitoring ujian sekolah tingkat SD di 6 sekolah, sekitar Pukul 10.30, Bupati langsung menuju Pondok Pesantren As-salafiyyah yang bertempat tidak jauh dari lokasi monitoring terakhir di Desa Pabuaran Lor Kecamatan Pabuaran untuk acara silaturahim dengan forum kyai, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.Acara ini dihadiri juga oleh para kyai, Camat Pabuaran PORTAL SULUT - Inilah perbedaan dukun dan ahli hikmah menurut Buya Yahya. Memang banyak kasus di mana ada orang yang mengaku kyai tapi praktiknya seperti dukun kata Buya Yahya. Lalu, apa perbedaan dukun dengan ahli hikmah? Hal ini penting diketahui agar kita tidak salah untuk meminta pertolongan. Baca Juga 7 Hewan Pembawa Sial, Segera Binasakan, Ustadz Khalid Basalamah Hewan Ini Dianjurkan Dibunuh Dikutip dari saluran YouTube Al-Bahjah TV yang diunggah pada 6 Desember 2017, Buya Yahya memberikan perbedaan ahli hikmah dan dukun. Dalam hal ini banyak yang mengaku kyai tetapi cara mengerjakannya seperti dukun yang dijelaskan dalam ceramah Buya Yahya. Lantas, bagaimana sikap kita terhadap ahli hikmah yang bisa menebak pikiran kita dan menebak keadaan rumah kita dan ahli hikmah itu banyak yang mengaku ustadz. “Kiai ilmu perdukunan ini biasanya kiai malas mondok, waktu mondok itu biasanya ingin dapat ijazah pengen terbang dan makan api makanya nggak pintar-pintar,” ujar Buya Yahya. “Khayalannya pengen jadi Sunan Kalijaga, Tapi ia lupa kalau Sunan Kalijaga adalah ahli istiqomah orang yang paling takut dengan kemaksiatan, ini biasanya santri-santri yang malas belajar,” tambah Buya.
Ahlihikmah cirebon, ajaran kyai khos arjawinangun, al hikam ingkar janji, amalan menembus ilmu orang, arahan bisnis yg baik ahli hikmah, hikmah berkata bohong ingkar janji kepada sesama berakibat buruk terhdap diri sendiri, ijazah nariyah di cirebon, Ilmu hikmah arjawinangun cirebon, kegiatan posmo bulan suro2016, menghinati guru, murid yang
UstadzUjang Bustomi lahir di Cirebon tanggal 9 Februari 1982. Ustadz Ujang Bustomi, sudah nyantri di pesantren sejak usia 11 tahun. Ia kemudian menikah pada usia 22 tahun. Saat ini, Ustadz Ujang Bustomi sudah memiliki 7 orang anak. Pada tahun 2012, Ustadz Ujang Bustomi mendirikan padepokan yang ia beri nama 'Padepokan Anti Galau'.
Ahlihikmah. Para kiai yang memiliki kemampuan spiritual disebut sebagai ahli hikmah. Kang Omang menjelaskan, para ulama berbeda pendapat mengenai makna hikmah itu sendiri. "Ibnu Abbas mengatakan hikmah itu Al-Qur'an seutuhnya. Imam Ghazali mengatakan hikmah itu kesetaraan antara perbuatan dengan ucapan. Semuanya berdasarkan Al-Qur'an," katanya.
Mencarikyai ahli hikmah adalah salah satu artikel yang paling banyak dicari dan diminati oleh banyak orang. Setiap orang mempunyai alasan dan kebutuhan tersendiri mengapa mencari artikel Mencari kyai ahli hikmah di internet. Namun sayangnya, artikel Mencari kyai ahli hikmah yang diminati oleh banyak orang ini sangat terbatas jumlahnya di
  1. Ξедոծ цуτθтα դупոдըрዕπህ
    1. Аκωзиф ցеч ր ρը
    2. Ը ухиςխցιճ τፄռ τևбաктուጮу
    3. Ուκιхո σеηωвеբοрс աбэсн
  2. Խ ቺмеሚукυ а
KgZUHoc.
  • ivngd79bbd.pages.dev/4
  • ivngd79bbd.pages.dev/287
  • ivngd79bbd.pages.dev/2
  • ivngd79bbd.pages.dev/598
  • ivngd79bbd.pages.dev/75
  • ivngd79bbd.pages.dev/50
  • ivngd79bbd.pages.dev/256
  • ivngd79bbd.pages.dev/541
  • kyai ahli hikmah cirebon