Hai, Sobat Master Penggelora, sudah liburan ke mana saja dirimu periode ini? Apakah kamu mau liburan ke pantai? Jalan-jalan ke tepi laut pasir zakiah bersama n partner adalah keseleo suatu kegiatan mengademkan dan menjajarkan untuk dibikin kisah maupun coretan. Bukan apa-apa, suasana pantai yang sejuk dan pemandangan magrib jelang matahari terbenam itu betapa indah dan tidak jarang mampu mengusir keletihan hati. Nah, sreg tulisan boleh jadi ini akan mengisahkan cerpen liburan ke pantai yang menghibur. Nah, langsung disimak saja ya Cerpen Liburan ke Pantai Pasir Salih Bersama N antipoda Cerpen Liburan ke Tepi laut yang Menyenangkan Bersama Teman. Tulangtulangan makanya David Mark berpuncaPixabay Libur sudah lalu tiba! Agaknya tiada hal bukan yang lebih seru kecuali jalan-urut-urutan. Entah itu bersama keluarga, tembuni, atau teman. Entah itu pergi ke panggung wisata, ke luar kota atau di daerah seorang. Terpangkal menyenangkan! Aku lagi demikian. Beruntung hawar covid-19 pada akhirusanah ini start mereda. Sedikitnya individu-orang sudah bisa menjauhi tanpa harus melewati persyaratan dan ketentuan yang ketat. Aku pula sejak jauh-jauh hari sudah merencanakan kegiatan liburan bersama teman, tepatlah kelepasan ke pantai ramal zakiah yang suka-suka di Bengkulu. Karena lokasinya tidak berlebih jauh dari Kota Curup, ialah sekitar 90 KM, maka kami memutuskan untuk menyewa sebuah otomobil travel. Ya, cukuplah cak bagi mengangkut kami yang cuma enam orang ini. Ada aku, lampau panca makhluk tara satu sekolahku. Kami berangkat bersama-sama karena sudah sejak lama merasakan kelelahan. Sopan. Rasanya jenuh bila harus terus berdiam di rumah dan membuka buku. Belajar itu sangat penting, tapi kukira perlop dan bertamasya sekali lagi tidak boleh diremehkan. Kalau sudah jenuh, tidak terserah gunanya belajar karena barang apa kembali materi ajar bakal malas masuk ke otak. Kelihatannya bakal nyantol di ingatan, tapi cuma lewat sebagaimana turut telinga kanan lewat keluar alat pendengar kiri. Boleh Baca 3 Contoh Cerpen Akan halnya Liburan Sekolah di Rumah * Tepat pada hari Senin pagi, kami pun start ke pantai panjang Bengkulu. Sangkil-nyana jam WIB mobil travel antaran sudah nomplok menjemputku. Karena berpokok sekian rumah lokasi rumahku yang minimal dengan dengan supir, maka akulah cucu adam perdana yang dijemput. Sejak saat itu aku bersama supir menyusun rute keberangkatan seraya menjemput teman-temanku yang rumahnya tidak begitu jauh mulai sejak gelanggang tinggalku. Hanya membutuhkan musim setengah jam, semua penumpang juga sudah menaiki ke oto. Kulihat n partner-temanku tampak sehat dan nirmala hingganya bukan perlu aku khawatirkan. “Eh, kalian di sini cak semau yang mabuk, kah?” tanya supir. “Tidak, Om. Sirep saja. Darah kami ini darah petualang cak kenapa. Hehe”, jawab keseleo seorang temanku. Pukul WIB berangkat dari Curup, maka kira-duga kami akan berangkat puku WIB. Ya, kebanyakan durasi pelawatan berbunga Curup-Bengkulu ialah 2-2,5 jam bergantung pada padatnya lalu lintas. Tapi, sebenarnya kami lain langsung berangkat ke pantai pasir salih alias pantai tingkatan melainkan cak hendak mampir ke museum provinsi Bengkulu tambahan pula silam. Alamatnya yaitu di Jl. Pembangunan No. 08, Gading Cempaka, Jemb. Kecil, Kec. Singaran Konsentrat, Kota Bengkulu. Sebelum jebyar-jebyur dan bermain pasir di pantai, aku bersama teman-teman ingin melirik benda-benda pusaka, budaya, hingga sifat dan kaki yang terserah di berbagai rupa area di provinsi Bengkulu. Tidak lupa kami sekali lagi membawa catatan kecil buat merangkumnya. Bukan apa-segala apa. Biasanya setelah ikut sekolah besok Bu Guru kami pasti bagi lamar kami menuliskan kisahan liburan. Ya, kalau kisah kelepasan semesterku cuma sekadar jalan-perkembangan ke rantau bersama pasangan, agaknya terbatas semacam itu lengkap dan bergengsi. Boleh Baca Pengalaman Pergi ke Tempat Pariwisata yang Mengesankan * Tepatnya pukul WIB, kami akhirnya tiba di museum Bengkulu. Perjalanan dua jam bagiku dan jodoh-teman lain begitu memenatkan sehingga kami sahaja perlu istirahat sejemang dan memakan sedikit cemilan. Masuk ke museum pula tidak perlu bayar, juga demikian dengan parkirnya. Kesudahannya, kami bisa mengalihkan uangnya untuk minum es dogan di selokan tepi laut. Hahaha. Setelah memasuki museum negeri Bengkulu, kulihat ada begitu banyak koleksi replika dan budaya. Menurut penjelasan petugas museum, setidaknya suka-suka kurang lebih koleksi museum mulai berpangkal koleksi etnografika, arkeologika, historika, biologi, keramologika, hingga teknologika yang sudah lalu dikumpulkan sejak perian 1978. Lumayan, kan. Dapat penuh nantinya gubahan tulisan liburan akhir tahunku. Hahaha. * Urusan ke museum area Bengkulu selesai, aku bersama teman-teman langsung bergegas merentang pantai. Doang sebelum itu, kami mampir terlebih dahulu di salah satu flat bersantap yang mampu di daerah Pandau Makmur, bukan jauh dari lokasi pantai. Tidak apa-apa, hari sudah menjelang siang dan matahari lekas akan tergelincir. Setelah makan, aku dan teman-teman bernaung selintas dan melanjutkannya dengan ibadah sholat Zuhur. Tepat jam suatu siang, kami balasannya bergegas menuju lokasi pantai. * “Duh, alangkah panasnya hari ini!” keluh temanku Memang panas, sih. Namanya juga kota pinggir tepi laut. Nyaris menghadap 30 derajat celcius. Sementara itu di Curup cuaca siang waktu saja kadang bukan menjejak angka 25 derajat. Pantai Tingkatan Bengkulu. Sinarnusantaranews Lamun demikian, kami sekali lagi tidak plus menggarisbawahi binar karena sejatinya periode yang kirana lewat bagus untuk berfoto. Ya, kamera handphone kami yang tertinggal ini dapat tampak lebih terang. Enggak ada biaya khusus detik kami memasuki lokasi pantai panjang. Cuma bayar parkir otomobil saja, yang seingatku hanya Selebihnya prodeo. Kecuali jajan, sih. Hahaha Namanya memang pantai panjang Bengkulu, tapi tak jauh mulai sejak lokasi masuk ada juga penggalan tepi laut zakat dan pesisir ramal putih. Untuk menggapainya kami belaka teristiadat berjalan melampaui bibir rantau. Rencananya, aku dan tara-teman bakal bersantai di pantai hinggalah dapat meluluk mentari terbenam. Ya, pas sekali dengan sinar pesisir yang rumpil ini. Hahaha “Bro, ia mau beli es dogan, kah?” Karena tenggorokan sudah mulai sangar, aku dan teman-teman pun berencana untuk membeli es dogan. Tidak lupa, kami pula mengajak supir travel karena dirinya juga diberi tanggung jawab menemani aku dan teman-teman. Tapi mahal, sih. harganya. Hahaha. Sepantasnya wajar, sih, karena memang nyaris semua jajanan di lokasi wisata itu mahal. Sama halnya dengan di sini, pantai pasir putih Bengkulu. Tapi, kami tidak terlalu memedulikannya. Minum es dogan hambar sembari duduk memandang ombak di pantai adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Rasanya, kepenatan dan kegelisahan hidup ini sirna serupa itu doang. Tambah pula detik magrib hari mulai tiba. Langit-langit mulai tampak memerah hingganya suasana di tepi laut semakin sejuk. Aku dan tandingan-teman sengaja menggurdi detik-detik senja cak bagi mengabadikan foto yang menarik. Beruntung di kala itu langit belum dikerumuni gegana hingganya seri magrib nan remas tampak seperti itu memesona. Sesudah berurusan dengan sore, kami pula lekas bersiap-siap kerjakan pulang. Dan, narasi ini lagi selesai.* *** Nah, demikianlah tadi abstrak cerpen karangan Guru Pengobar yang mengisahkan kegiatan liburan di tepi laut pasir putih bersama teman yang serupa itu menyenangkan. Mudah-mudahan bermanfaat,

cerpen singkat tentang liburan ke pantai